. PE
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Deterjen merupakan hasil kemajuan teknologi yang
memanfaatkan bahan kimia dari hasil samping penyulingan minyak bumi, ditambah
dengan bahan kimia lainnya seperti fosfat, silikat, bahan pewarna dan bahan
pewangi. Sekitar tahun 1960-an, deterjen generasi awal muncul menggunakan bahan
kimia pengaktif permukaan (surfaktan)
Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) yang mampu menghasilkan busa. Namun karena
sifat ABS yang sulit diurai oleh mikroorganisme di permukaan tanah, akhirnya
digantikan dengan senyawa Linier Alkyl Sulfonat (LAS) yang diyakini relatif lebih akrab
dengan lingkungan.
Pada banyak negara di dunia
penggunaan ABS telah dilarang dan diganti dengan LAS. Sedangkan di Indonesia,
peraturan mengenai larangan penggunaan ABS belum ada. Beberapa alasan masih
digunakannya ABS dalam produk deterjen, antara lain karena harganya murah,
kestabilannya dalam bentuk krim/pasta dan busanya melimpah. Busa yang terlalu banyak bukan berarti
deterjen menjadi lebih efektif, malah sebaliknya daya cuci menjadi terhambat. Selain itu
keberadaan busa-busa di permukaan badan air menjadi salah satu penyebab kontak
udara dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut. Dengan demikian
akan menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan
kematian (http://www.forumsain.com).
Saat ini deterjen banyak digunakan pada usaha jasa laundry selain
aktivitas domestik. Berdasarkan hasil survei di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru terdapat lebih
kurang 35 unit usaha jasa laundry. Kebutuhan deterjen yang digunakan untuk satu usaha jasa laundry
rata-rata 1,6 kg deterjen/hari untuk cucian sebanyak 72 kg baju/hari. Jika
diasumsikan terdapat 35 buah usaha jasa laundry di Kecamatan Tampan, maka
diperkirakan jumlah penggunaan deterjen mencapai rata-rata 56 kg/hari atau 1.680
kg detergen/bulan untuk Kecamatan Tampan.
Pemakaian air pada proses
jasa laundry diperkirakan sebanyak 50 liter/3 jam yang digunakan untuk sekali
cuci dengan pencucian sebanyak 4 kali perhari dan terdapat 3 mesin cuci. Dengan
demikian jika diasumsikan 35 unit usaha jasa laundry di kecamatan dengan jumlah
pemakaian deterjen dan air yang sama maka total kebutuhan air mencapai 630.000
liter (630 m3) perbulan yang sudah bercampur dengan 1.680 kg
deterjen yang terbuang sebagai limbah cair kedalam suatu badan perairan.
Berdasarkan Deasi (2011)
menyatakan bahwa dari hasil penelitian proses elektrokoagulasi dan filtrasi
arang aktif, dimana nilai efektifitas penurunan TSS pada limbah cair laundry
mencapai 58,33 %. Sedangkan untuk MBAS hanya mencapai 38,99 % dan untuk phospat
mencapai 69,00 %. Kemudian Teguh (2011), menggunakan rancangan alat dengan
proses yang sama tetapi filtrasi yang digunakan adalah pasir, dimana
efektivitas penurunan TSS mencapai 63,69 %. Sedangkan efektivitas MBAS mencapai
31,88% dan phospat 71,47 %.
Dari hasil penelitian
tersebut, didapatkan hasil penurunan yang berbeda untuk setiap parameter. Hal
ini dikarenakan penggunaan rancangan alat elektrokoagulasi yang sama dengan
media filtrasi yang berbeda. Penggunaan media filtrasi secara tunggal untuk
arang aktif hanya memberikan efektifitas tertinggi sebesar 69% sedangkan pada
pasir hanya memberikan efektifitas tertinggi 71,47%. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini digunakan kombinasi media filter dengan harapan bisa lebih
menurunkan polutan limbah cair laundry
Untuk menghindari tercemarnya lingkungan yang diakibatkan pembuangan
limbah yang tidak terkontrol, maka
seharusnya setiap usaha diwajibkan
memiliki unit pengolahan limbah. Untuk
mengatasinya diperlukan suatu metode penanganan limbah yang tepat guna, terarah
serta efisien. Salah satunya adalah dengan menggunakan proses elektrokoagulasi dan kombinasi arang
aktif dan zeolit sebagai media filter.
Selain media
elektrokoagulasi, media filter juga diperlukan untuk lebih memperkecil
konsentrasi padatan limbah cair laundry yang sudah melewati proses
elektrokoagulasi. Pada penelitian ini media filter yang digunakan adalah
kombinasi arang aktif dan zeolit. Penggunaan kombinasi arang aktif dan zeolit
dapat menyerap polutan
yang terkandung dalam
deterjen sehingga terjadinya penurunan kandungan limbah cair laundry yang akan dibuang ke dalam perairan. Hasil dari pengolahan limbah cair laundry akan
diujikan pada ikan Pantau (Rasbora
argirataenia) untuk mengetahui kelulushidupannya.
Besarnya dampak yang
diberikan deterjen dalam perairan menjadi pemikiran untuk melakukan pengolahan di
usaha laundry sebelum dibuang ke lingkungan. Pengolahan limbah cair laundry
dengan menggunakan proses elektrokoagulasi dan kombinasi media filtrasi ini
diharapkan dapat membantu dalam mengurangi ataupun menurunkan senyawa-senyawa
yang dapat mencemari lingkungan yang berasal dari deterjen.
1.2. Perumusan Masalah
1.2. Perumusan Masalah
Besarnya jumlah limbah cair yang berasal dari
berbagai polutan seperti deterjen yang masuk kedalam perairan mengharuskan
untuk diadakannya pengolahan limbah cair laundry, agar konsentrasi polutan
dalam limbah cair laundry dapat direduksi.oleh karena itu perlu dicari
solusi pengolahan limbah yang baik dan tepat agar permasalahan diatas dapat
diatasi. Salah satu metode pengolahan limbah yang cukup sederhana adalah dengan
menggunakan proses
elektrokoagulasi dan kombinasi media filter. Namun sejauh ini belum diketahui
seberapa besar efektivitas elektrokoagulasi dan kombinasi media filter dalam
mereduksi kandungan MBAS, TSS dan fosfat pada limbah cair laundry sehingga jadi
menarik untuk dikaji.
1.3.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui jumlah konsentrasi polutan (MBAS, TSS, fosfat)
dalam air limbah laundry dapat direduksi dengan proses elektrokoagulasi dan
kombinasi media filter. Selain itu, air limbah laundry yang telah diolah dengan
proses elektrokoagulasi dan kombinasi media filter sesuai untuk media hidup
ikan Pantau (Rasbora argirotaenia).
Manfaat dari penelitian ini
adalah dengan berkurangnya kadar TSS, MBAS dan fosfat dapat
mengurangi beban limbah cair laundry di perairan sesuai
dengan baku mutu. Selain itu, dapat menjadi awal konsep dalam pengolahan limbah
laundry yang sederhana dan efisien serta dapat memberikan penjelasan akan
bahaya limbah laundry bagi lingkungan dan cara mengolahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar