Senin, 09 Juli 2012

pengolahan limbah laundry dengan sistem elektrokoagulasi dan kombinasi media filter oleh mariyanti TPL 06


. PE

I. PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang
Deterjen merupakan hasil kemajuan teknologi yang memanfaatkan bahan kimia dari hasil samping penyulingan minyak bumi, ditambah dengan bahan kimia lainnya seperti fosfat, silikat, bahan pewarna dan bahan pewangi. Sekitar tahun 1960-an, deterjen generasi awal muncul menggunakan bahan kimia pengaktif permukaan (surfaktan) Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) yang mampu menghasilkan busa. Namun karena sifat ABS yang sulit diurai oleh mikroorganisme di permukaan tanah, akhirnya digantikan dengan senyawa Linier Alkyl Sulfonat (LAS) yang diyakini relatif lebih akrab dengan lingkungan.
Pada banyak negara di dunia penggunaan ABS telah dilarang dan diganti dengan LAS. Sedangkan di Indonesia, peraturan mengenai larangan penggunaan ABS belum ada. Beberapa alasan masih digunakannya ABS dalam produk deterjen, antara lain karena harganya murah, kestabilannya dalam bentuk krim/pasta dan busanya melimpah. Busa yang terlalu banyak bukan berarti deterjen menjadi lebih efektif, malah sebaliknya daya cuci menjadi terhambat. Selain itu keberadaan busa-busa di permukaan badan air menjadi salah satu penyebab kontak udara dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut. Dengan demikian akan menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kematian (http://www.forumsain.com).
Saat ini deterjen banyak digunakan pada usaha jasa laundry selain aktivitas domestik. Berdasarkan hasil survei di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru terdapat lebih kurang 35 unit usaha jasa laundry. Kebutuhan deterjen yang digunakan untuk satu usaha jasa laundry rata-rata 1,6 kg deterjen/hari untuk cucian sebanyak 72 kg baju/hari. Jika diasumsikan terdapat 35 buah usaha jasa laundry di Kecamatan Tampan, maka diperkirakan jumlah penggunaan deterjen mencapai rata-rata 56 kg/hari atau 1.680 kg detergen/bulan untuk Kecamatan Tampan.
Pemakaian air pada proses jasa laundry diperkirakan sebanyak 50 liter/3 jam yang digunakan untuk sekali cuci dengan pencucian sebanyak 4 kali perhari dan terdapat 3 mesin cuci. Dengan demikian jika diasumsikan 35 unit usaha jasa laundry di kecamatan dengan jumlah pemakaian deterjen dan air yang sama maka total kebutuhan air mencapai 630.000 liter (630 m3) perbulan yang sudah bercampur dengan 1.680 kg deterjen yang terbuang sebagai limbah cair kedalam suatu badan perairan.
Berdasarkan Deasi (2011) menyatakan bahwa dari hasil penelitian proses elektrokoagulasi dan filtrasi arang aktif, dimana nilai efektifitas penurunan TSS pada limbah cair laundry mencapai 58,33 %. Sedangkan untuk MBAS hanya mencapai 38,99 % dan untuk phospat mencapai 69,00 %. Kemudian Teguh (2011), menggunakan rancangan alat dengan proses yang sama tetapi filtrasi yang digunakan adalah pasir, dimana efektivitas penurunan TSS mencapai 63,69 %. Sedangkan efektivitas MBAS mencapai 31,88% dan phospat 71,47 %.
Dari hasil penelitian tersebut, didapatkan hasil penurunan yang berbeda untuk setiap parameter. Hal ini dikarenakan penggunaan rancangan alat elektrokoagulasi yang sama dengan media filtrasi yang berbeda. Penggunaan media filtrasi secara tunggal untuk arang aktif hanya memberikan efektifitas tertinggi sebesar 69% sedangkan pada pasir hanya memberikan efektifitas tertinggi 71,47%. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan kombinasi media filter dengan harapan bisa lebih menurunkan polutan limbah cair laundry
Untuk menghindari tercemarnya lingkungan yang diakibatkan pembuangan limbah yang tidak terkontrol, maka seharusnya setiap usaha diwajibkan memiliki unit pengolahan limbah. Untuk mengatasinya diperlukan suatu metode penanganan limbah yang tepat guna, terarah serta efisien. Salah satunya adalah dengan menggunakan proses elektrokoagulasi dan kombinasi arang aktif dan zeolit sebagai media filter.
Selain media elektrokoagulasi, media filter juga diperlukan untuk lebih memperkecil konsentrasi padatan limbah cair laundry yang sudah melewati proses elektrokoagulasi. Pada penelitian ini media filter yang digunakan adalah kombinasi arang aktif dan zeolit. Penggunaan kombinasi arang aktif dan zeolit dapat menyerap polutan yang terkandung dalam deterjen sehingga terjadinya penurunan kandungan  limbah cair laundry yang akan dibuang ke dalam perairan. Hasil dari pengolahan limbah cair laundry akan diujikan pada ikan Pantau (Rasbora argirataenia) untuk mengetahui kelulushidupannya.
Besarnya dampak yang diberikan deterjen dalam perairan menjadi pemikiran untuk melakukan pengolahan di usaha laundry sebelum dibuang ke lingkungan. Pengolahan limbah cair laundry dengan menggunakan proses elektrokoagulasi dan kombinasi media filtrasi ini diharapkan dapat membantu dalam mengurangi ataupun menurunkan senyawa-senyawa yang dapat mencemari lingkungan yang berasal dari deterjen.
1.2.   Perumusan Masalah
Besarnya jumlah limbah cair yang berasal dari berbagai polutan seperti deterjen yang masuk kedalam perairan mengharuskan untuk diadakannya pengolahan limbah cair laundry, agar konsentrasi polutan dalam limbah cair laundry dapat direduksi.oleh karena itu perlu dicari solusi pengolahan limbah yang baik dan tepat agar permasalahan diatas dapat diatasi. Salah satu metode pengolahan limbah yang cukup sederhana adalah dengan menggunakan proses elektrokoagulasi dan kombinasi media filter. Namun sejauh ini belum diketahui seberapa besar efektivitas elektrokoagulasi dan kombinasi media filter dalam mereduksi kandungan MBAS, TSS dan fosfat pada limbah cair laundry sehingga jadi menarik untuk dikaji.

1.3.   Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah konsentrasi polutan (MBAS, TSS, fosfat) dalam air limbah laundry dapat direduksi dengan proses elektrokoagulasi dan kombinasi media filter. Selain itu, air limbah laundry yang telah diolah dengan proses elektrokoagulasi dan kombinasi media filter sesuai untuk media hidup ikan Pantau (Rasbora argirotaenia).
Manfaat dari penelitian ini adalah dengan berkurangnya kadar TSS, MBAS dan fosfat dapat mengurangi beban limbah cair laundry di perairan sesuai dengan baku mutu. Selain itu, dapat menjadi awal konsep dalam pengolahan limbah laundry yang sederhana dan efisien serta dapat memberikan penjelasan akan bahaya limbah laundry bagi lingkungan dan cara mengolahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar